Hutan Indonesia, ekosistem laut yang penting bagi kawasan, dunia

Reference: Blog City and UK News and MF and 9 Naga

Indonesia telah berupaya keras untuk melestarikan ekosistem hutan dan lautnya karena penting tidak hanya bagi kawasan, tetapi juga masyarakat internasional, kata Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong.

“Hutan tersebut mencakup sekitar 95 juta hektare atau sekitar 51 persen dari total luas daratan Indonesia yang mencapai 187 juta hektare. Kawasan hutan tersebut berguna untuk penyerapan karbon dan sebagai modal utama untuk menjaga lingkungan dan iklim,” katanya saat membuka Konferensi ASEAN Heritage Parks (AHP) ke-7 di Bogor, provinsi Jawa Barat, Selasa.

Saat ini, terdapat 568 kawasan lindung, termasuk 55 taman nasional, di seluruh Indonesia.

Beberapa kawasan lindung telah diakui sebagai situs warisan dunia (7 wilayah), beberapa sebagai cagar biosfer (64 wilayah), situs Ramsar (7 wilayah), taman warisan ASEAN (7 wilayah), dan global geoparks (4 wilayah).

“Pengakuan tersebut menunjukkan pentingnya kawasan hutan dan laut Indonesia serta keanekaragaman hayati untuk kepentingan regional dan internasional,” kata wakil menteri.

Berita terkait: Lebih dari 23.000 orangutan hidup di hutan Kalimantan Tengah: BKSDA

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa upaya besar, baik secara regional maupun global, untuk mengatasi tantangan pelestarian paru-paru bumi, yang membutuhkan ekspektasi yang masuk akal, motivasi yang besar, visi yang tajam, kemitraan yang kuat, dan kemauan untuk mewujudkan upaya konservasi yang berhasil dan strategis.

“Kami memahami bahwa konservasi hanya akan berhasil jika masyarakat dan berbagai proyek (lingkungan) di seluruh dunia mampu menghentikan dan membalikkan tren penurunan ekosistem. Oleh karena itu, untuk mewujudkannya, kita sangat membutuhkan transformasi sistemik, ” tegas Dohong.

Ia mengatakan, transformasi sistemik ini dapat dilakukan dengan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan lindung untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan potensi pelayanan lingkungannya.

Selain itu, transformasi tersebut dapat diimplementasikan melalui penyelesaian konflik tenurial, restorasi ekosistem, serta pemberdayaan masyarakat.

“Keanekaragaman hayati merupakan tulang punggung kelestarian lingkungan, ekonomi, dan sosial. Oleh karena itu, mari kita lestarikan, lindungi, dan manfaatkan secara berkelanjutan,” kata wakil menteri.