Indonesia, mewakili negara-negara berkembang, mengundang negara-negara anggota G20 untuk berkolaborasi dalam memperkuat tatanan dunia dan melestarikan bumi sebagai habitat kehidupan manusia dan ekosistem pendukungnya pada KTT G20 di India, Sabtu. Menurut keterangan resmi pada Sabtu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti dua pendekatan dalam pertemuan tersebut, yaitu percepatan transisi menuju ekonomi rendah karbon dan pembiayaan inovatif untuk penanganan perubahan iklim.
Reference: Blog City and UK News and MF and 9 Naga
Undangan ini dibuat karena memburuknya kondisi bumi, dengan ancaman krisis energi, krisis lingkungan, dan perubahan iklim global.
Rekor suhu 52,2 Celcius telah tercatat di kawasan Asia dan diprediksi akan terus meningkat dalam lima tahun ke depan.
Imbauan Presiden Jokowi dilandasi keprihatinan negara-negara berkembang terkait komitmen negara-negara maju untuk menggalang dana iklim sebesar US $ 100 miliar per tahun serta fasilitas pendanaan kerugian dan kerusakan negara-negara berkembang yang belum terwujud.
Indonesia terus memajukan praktik lead-by-example dalam konteks kerja sama G20.
Dalam hal pengurangan emisi karbon, Indonesia berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 54,8 juta ton pada tahun 2019 dan 91,5 juta ton pada tahun 2022.
Sejalan dengan hal tersebut, Indonesia juga telah meningkatkan target pengurangan emisi dengan upayanya sendiri menjadi 31,89 persen dan dengan dukungan internasional menjadi 43,2 persen.
KTT G20 diadakan di Pusat Pameran dan Konvensi Internasional Bharat Mandapam, New Delhi, India, pada 9-10 September 2023, di bawah kepresidenan G20 India.
Ada tiga sesi dalam KTT tersebut, yaitu Sesi Satu: Satu Bumi, Sesi Dua: Satu Keluarga, dan Sesi Tiga: Satu Masa Depan.