Kesadaran gaya hidup hijau masyarakat untuk bumi yang lebih baik

Dalam beberapa tahun terakhir setelah kesadaran akan efek pemanasan global, ada gaya hidup tertentu yang diadopsi untuk menopang Bumi yang telah menjadi tempat tinggal bagi lebih dari 6,5 miliar manusia.

Reference: Blog City and UK News and MF and 9 Naga

Dari kondisi kritis Bumi saat ini yang disebabkan oleh manusia sebagai warganegara seperti polusi udara, air bahkan lapisan ozon.

Belum lagi hilangnya sebagian besar hutan hujan di seluruh benua yang berperan sebagai paru-paru bumi menyerap emisi karbon kendaraan industri dan transportasi bahkan memperburuk kondisi tersebut.

Ini mengingatkan banyak orang yang memiliki ide untuk menyelamatkan dunia dengan menerapkan gaya hidup yang lebih hijau yang mendukung keberlanjutan dan pembaruan Bumi untuk rumah yang lebih baik bagi manusia.

Gagasan tentang gaya hidup hijau yang muncul di seluruh dunia dari banyak pemerhati lingkungan yang prihatin dengan fakta bahwa Bumi akan mati dalam beberapa tahun ke depan akibat aktivitas manusia yang merusak.

Di Indonesia, Gaya Hidup Ramah Lingkungan untuk mendukung Bumi juga telah diterapkan dalam delapan tahun terakhir untuk membantu memulihkan kondisi Bumi dan mengurangi polusi dan jejak karbon.

Menurut Direktur Eksekutif Forum Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Berry Nahdian, munculnya gaya hidup ramah lingkungan di kalangan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini memang baik namun belum cukup.

Berry mengatakan Green Lifestyle di Indonesia hanya dilakukan oleh beberapa kelompok masyarakat dan juga mengkritisi pemerintah yang mengatakan belum mengeluarkan regulasi pro lingkungan yang optimal.

Dia mencontohkan tren penggunaan sepeda untuk bekerja di Indonesia. “Beberapa benar-benar melakukannya karena kesadaran mereka untuk mengurangi polusi, tetapi yang lain hanya sebagai semacam titik dan tren,” katanya.

Berry juga mengkritisi semakin banyaknya industri dan eksploitasi sumber daya alam di Indonesia tanpa perawatan yang tepat untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Lebih banyak orang Indonesia telah menerapkan gaya hidup ramah lingkungan selama delapan tahun terakhir dengan kegiatan seperti menggunakan sepeda untuk bekerja, menanam pohon bakau atau memisahkan sampah organik dan non-organik.

Gaya hidup lain yang muncul untuk membantu bumi memulihkan dirinya sendiri

Beberapa mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) di Semarang, Jawa Tengah, tergabung dalam komunitas pelestarian hutan mangrove bernama KeSEMat akan menghabiskan waktunya antara Earth Hour (22 April) dan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (5 Juni) menggelar acara Amal Musik Mangrove (MMC) 2011 untuk mempromosikan rehabilitasi dan pelestarian hutan mangrove di kalangan generasi muda.

KeSEMat merupakan kelompok studi konservasi ekosistem mangrove yang beranggotakan mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Diponegoro Semarang.

Menurut ketua KeSEMat Fuad Ashari, hutan bakau yang terdiri dari banyak tumbuhan pesisir berperan tidak hanya untuk mencegah abrasi dan melestarikan ekosistem pesisir tetapi juga memberikan manfaat ekonomi seperti menjadi tempat bertelur dan tempat makan bagi banyak spesies laut yang bernilai ekonomis.

Hutan bakau juga memainkan peran penting dalam memerangi pemanasan global karena tidak hanya dapat menghasilkan oksigen tetapi juga menjebak lebih banyak karbon dioksida, kata Fuad.

Menurut data dinas Kelautan dan Perikanan Semarang, dari 36,51 hektare hutan bakau yang ada di Semarang, 11 hektare telah musnah atau musnah, kata Fuad seraya menambahkan, oleh karena itu pihaknya menginspirasikan KeSEMat untuk melakukan program penggalangan dana untuk konservasi mangrove.

“Saya berharap pemerintah, tidak hanya Dinas Kelautan dan Perikanan, tetapi juga lembaga-lembaga lain ikut serta dan lebih memperhatikan pelestarian mangrove,” kata Fuad.

Selain gaya hidup bikes to work dan penanaman mangrove, ada upaya lain yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Bumi dari pemanasan global seperti yang akan dilakukan oleh seorang perempuan Kanada yang melakukan tur sepatu roda dari Merak, Banten, hingga Kuta, Bali., untuk menandai Hari Bumi Internasional.

Sacha Stevenson, wanita Kanada berusia 29 tahun, mengatakan bahwa dia melakukan tindakan tersebut untuk menginspirasi orang-orang untuk mengurangi emisi karbon dari kendaraan bermotor dari atmosfer.

“Aku melakukan ini karena aku peduli pada Bumi, Bumimu, dan Bumi kita. Saya tidak kaya dan tidak punya uang untuk membuat program seperti itu. Saya hanya memiliki tubuh saya untuk merawat dan melestarikan planet ini, ” kata Sacha tegas dan jelas.

“Saya mencintai negara ini dan ini adalah cara saya untuk memperjuangkan Indonesia yang lebih hijau. Apalagi saya berharap orang Indonesia lainnya terinspirasi oleh saya dan mengikuti tindakan saya dengan caranya sendiri,” kata Sascha yang telah tinggal di Indonesia sejak tahun 1991.

Sascha direncanakan untuk bermain sepatu roda sepanjang 1.420 kilometer melintasi Pulau Jawa dengan kondisi jalan yang menantang berupa jalanan bergelombang dan perbukitan berbatu yang dimulai pada 3 Mei 2011.

Untuk mendukung aksinya dalam membuat Indonesia lebih hijau, ia akan menanam bibit di setiap perhentian sambil beristirahat. Itu bertujuan untuk melambangkan usahanya melewati kota-kota dengan sepatu rodanya.

“Saya hanya ingin orang-orang membuat Bumi lebih hijau dalam hidup. Bukan hanya skating, tapi mereka bisa bersepeda sambil jalan kaki daripada menggunakan kendaraan bermotor. Saya ingin menginspirasi mereka yang berkuasa untuk melakukan sesuatu yang baik dengan kekuatan yang Anda miliki,” katanya.

Untuk mendukung gaya hidup Indonesia yang ramah lingkungan, beberapa pelaku industri besar seperti perusahaan multinasional, Unilever, juga memperhatikan isu terkini dan menetapkan program untuk meningkatkan kesadaran lingkungan perusahaan dan konsumennya.

Tahun lalu perusahaan telah mengadopsi lima hektare hutan di Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat, di mana karyawannya juga ikut menanam pohon, kata Asisten Manajer Program Lingkungan Unilever Astri Wahyuni

Untuk mewujudkan Indonesia yang lebih hijau, perusahaan juga memiliki program lingkungan bernama “Unilever Green and Clean” yang berfokus pada perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga dan sayuran hijau.

“Strategi program ini adalah memberdayakan masyarakat dengan membentuk dan memberikan pembekalan kepada fasilitator dan kader lingkungan sebagai agen perubahan,” kata Astri.

Program ini dilaksanakan di 10 kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, Yogyakarta, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, Denpasar dan Manado, serta berhasil membentuk sekitar 134.000 kader lingkungan.

Ada upaya perusahaan lain untuk mendukung critical Earth issue dengan penemuan pemurnian air terbaru mereka yang berjalan tanpa listrik dan gas yang memungkinkan konsumen memperoleh air bersih dengan penggunaan energi seminimal mungkin dan berencana membuat bank sampah masyarakat sebagai lembaga untuk meningkatkan nilai ekonomi. limbah, membuat proses pengurangan limbah menjadi lebih efektif.

Apapun upaya yang dilakukan oleh manusia sebagai warga dunia, setiap tindakan sekalipun dimulai dari hal terkecil seperti penghematan konsumsi air, atau penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) secara individu dan kolektif, dapat menyelamatkan Bumi dari kematian.

Kedepannya upaya tersebut harus disikapi secara lebih serius dan global demi generasi masa depan dan kelestarian Bumi.